Neglasari merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Cisompet. Desa ini berbatasan langsung dengan gugusan gunung gelap, yang termasuk kedalam kecamatan Cihurip. Bentang alamnya terdiri atas dataran tinggi dan pegunungan (bukit) sehingga desa ini menjadi sentra perkebunan teh di kecamatan tersebut. Keasrian dan kedamaian kebun teh dipadukan dengan latar belakang (background) gunung yang memiliki air terjun, maka semakin sempurnalah suasana alam desa Neglasari. Air terjun ini dinamakan curug Neglasari, atau masyarakat setempat dan masyarakat kecamatan Cisompet pada umumnya menyebutnya Curug Tujuh. Curug Tujuh mengalir dari sela-sela gunung termasuk ke dalam bagian dari Gunung Gelap yang hutannya masih asli atau alami. Air dari curug Tujuh jatuh menimpa tebing-tebing dari gunung tersebut, sehingga membentuk relief pada dinding gunung dan bentuknya menyerupai tangga yang jumlahnya tujuh. Bentuk seperti ini mungkin jarang kita lihat pada kebanyakan air terjun (curug), nah hal tersebutlah yang mengakibatkan curug tersebut terlihat unik khususnya di mata penulis. Namun sayang, keindahan curug ini belum terexpose ke dunia luar, bahkan oleh masyarakat kabupaten Garut sendiri curug ini belum banyak diketahui. Penulis pikir, nilai jual Curug ini sangatlah tinggi, dikarenakan jarang ditemui perpaduan antara perkebunan teh, dengan curug yang menjadi latar belakang (background) dari keasrian dan kealamian dari perkebunan teh itu sendiri. Namun, penulis pikir, terlalu jauh jika kita berpikir kawasan curug Tujuh tersebut mesti dibuka untuk kawasan wisata. Penulis tak dapat membayangkan apa yang terjadi 5 atau 10 tahun yang akan datang. Apa yang akan terjadi mungkin dengan hutan yang alami itu? Apa yang akan terjadi dengan kebun teh yang damai dan asri itu? Tak dapat penulis bayangkan mungkin jika kawasan curug ini telah dibuka untuk umum dan praktis menjadi kawasan wisata. Seperti fakta-fakta kawasan wisata lain setelah resmi dibuka menjadi kawasan wisata. Kumuh, air dan tanah tercemar, dan kerusakan alam lainnya yang sebetulnya dapat dilakukan pencegahan. Sama halnya mungkin dengan apa yang akan terjadi pada curug Tujuh beberapa tahun setelah dibuka menjadi kawasan wisata. Kebun teh itu mungkin akan perlahan-lahan hilang, dan hutan-hutan alami yang mengitarinya pun berangsur habis. Penulis pikir, curug Tujuh tidak akan berarti tanpa didukung suasana asri dan damai yang dimiliki oleh kebun teh itu, dan kebun teh itu pun takkan sempurna tanpa ada background yang indah dari curug Tujuh ini. Penulis tidak ingin, curug tujuh yang eksotis ini bernasib sama seperti leuweung Sancang di kecamatan Cibalong Oleh karena itu penulis menghimbau kepada masyarakat luas, mari kita sama-sama menjaga lingkungan hidup kita, karena walau bagaiman pun lingkungan merupakan milik kita, dan merupakan titipan untuk anak cucu kita turun-temurun. jangan sampai kita sendiri yang menjadi perusak lingkungan tersebut. Maksud dari penulisan artikel ini sendiri, bukanlah bermaksud agar curug Tujuh ini dikenal oleh masyarakat luas lalu implikasinya dibuka menjadi kawasan wisata. Maksud penulisan disini sendiri, hanya ingin sekedar memperkenalkan dan mengexpose dalam arti kata yang sempit kepada masyarakat pada umumnya bahwa Garut bagian selatan mempunyai sesuatu yang unik dan eksotis.
Salam Penulis
2 komentar:
pemandangan garut selatan begitu indah ,,,,,
begitu mengesankan dengan sribu tikungan
benar sekali, itulah salah satu daya tarik yang membuat garut selatan sangat unik..
Posting Komentar